Kamis, 13 Mei 2021

Tips Sederhana Budidaya Ikan Cupang di Rumah

Tips Sederhana Budidaya Ikan Cupang di Rumah

Kalian harus bisa memastikan indukan betina dan jantan yang sudah memasuki fase matang atau siap kawin. Untuk membedakan ikan cupang betina dan jantan tak terlalu sulit. Ikan cupang jantan memiliki ciri-ciri sirip melebar, ekor lebar mengembang, tubuh lebih besar, gerakkan lincah dan warna lebih cerah.Sedangkan, ikan cupang betina memiliki ciri-ciri sirip pendek, ekor lebih pendek, tubuh lebih kecil, gerakkan lamban dan warna kusam. Adapun ciri-ciri ikan cupang sudah matang atau siap kawin adalah sebagai berikut:

Ikan Cupang Betina

  • Gerakkan lambat
  • Sirip pendek
  • Warna kusam tidak menarik
  • Bentuk badan membulat
  • Bagian perut sedikit membuncit
  • Berumur sekitar 3-4 bulan

Ikan Cupang Jantan

  • Gerakkan lincah dan agresif
  • Sirip panjang
  • Warnanya terang atraktif
  • Bentuk badan panjang
  • Berumur sekitar 4-8 bulan 

   Untuk Pemijahan   

Masukkan Ikan Cupang Betina
Setelah ikan jantan membuat gelembung, kalian bisa memasukkan indukan betina. Biasanya waktu pemijahan terjadi sekitar pukul 7-10 pagi atau pukul 4-6 sore. Perlu diingat, ikan cupang akan begitu sensitif saat kawin. Untuk itu tutup wadah dengan koran dan letakkan wadah dari kebisingan orang-orang.
         Angkat Indukan Betina
Setelah terjadi pembuahan, angkat indukan betina dengan segera. Sebab, yang bertanggung jawab menjaga dan membesarkan anakan adalah ikan cupang jantan.

 Nantinya telur tersebut akan menetas dalam kurun waktu 24 jam setelah pembuahan. Namun, dari 1000 butir biasanya yang bisa dipanen sekitar 30-50 ikan cupang hidup. Ya, memang tingkat kematian pembenihan ikan cupang cukup begitu tinggi. Sekedar informasi, indukan jantan bisa dikawinkan hingga 8 kali dengan interval waktu 2-3 minggu. Sementara indukan betina disarankan dikawinkan hanya satu kali saja.

10 Cara Praktis Ternak Murai Batu

 


 

10 Cara Praktis Ternak Murai Batu

1.  Lokasi Kandang Murai Batu

Penempatan kandang penangkaran murai batu sangat berkaitan erat dengan keberhasilan penangkaran. Kandang yang salah akan menyebabkan murai batu tidak mau bertelur.Umumnya lokasi penangkaran murai batu berada diluar rumah, seperti di samping rumah ataupun perkarangan rumah. Faktor penting yang harus diperhatikan adalah tempat yang dijadikan kandang suasananya cukup tenang dan jarang ada gangguan yang berarti.

2. Ukuran Kandang Murai Batu

Ukuran kandang murai batu perlu diperhatikan karena akan berdampak pada kesehatan dan produktivitas murai batu tersebut. Ukuran kandang yang terlalu besar dapat menyebabkan murai batu terlalu banyak terbang sehingga energinya banyak dipakai untuk bergerak daripada untuk berproduksi.Sedangkan jika kandang terlalu kecil dapat menyebabkan murai batu stress sehingga dapat menggangu reporoduksi murai batu.

  • Kandang ukuran kecil : 60 cm x 60 cm x 60 cm (panjang x lebar x tinggi)
  • Kandang ukuran sedang : 100 cm x 200 cm x 200 cm (panjang x lebar x tinggi)
  • Kandang ukuran besar : 200 cm x 200 cm x 300 cm (panjang x lebar x tinggi)

 

3. Peralatan Pendukung 

Perlengkapan kandang murai batu mempunyai peran untuk mendukung pemeliharaan burung di penangkaran. Kandang penangkaran murai batu harus dilengkapi sarang pendukung lainnya, seperti tenggeran, bahan sarang, dan sarang murai batu.Perlengkapan kandang lainnya yang harus dipersiapkan adalah tempat pakan dan tempat minum murai batu.Untuk tempat bersarang, peternak murai batu dapat menggunakan barang bekas seperti baskom plastik yang kecil, kuali bekas, anyaman bambu, dan tempat nasi. Sebaiknya gunakanlah anyaman bambu, karena dapat memberikan rasa sejuk sehingga membuat murai batu nyaman bertelur dan mengeram.Untuk tenggeran, letakkan di dalam kandang dengan posisi yang tepat sehingga tidak mengganggu keleluasaan murai batu untuk beraktivitas. Perlu diperhatikan, tenggeran yang digunakan untuk perkawinan sebaiknya tidak sembarangan.Jenis, ukuran, dan penempatannya harus diperhitungkan. Lebih baik menggunakan tenggeran dengan bahan kayu yang berdiameter 0,15 – 0,2 cm.Untuk tempat pakan dan tempat air minum, sebaiknya kebersihannya selalu dijaga dan tidak tercemar bahan kimia sebelum digunakan. Letak posisi tempat makan atau tempat minum sebisa mungkin mudah dilihat oleh murai batu dan saling berdekatan. Lebih baik lagi jika ditambah wadah untuk tempat mandi burung murai batu.


4. Cara Menjaga Kebersihan Kandang 

Menjaga kebersihan kandang murai batu merupakan faktor terpenting untuk keberhasilan dalam membudidayakan murai batu. Dengan tingkat kebersihan yang terjaga, munculnya bibit penyakit dan hama tentu bisa diminimalisir.

Serta burung murai batu akan merasa lebih nyaman sehingga terhindar dari serangan stress yang merupakan pemicu munculnya berbagai penyakit pada murai batu.

Tips perawatan kandang murai batu :

  1. Membersihkan tempat pakan dan minum setiap hari.
  2. Setiap pagi, pakan dan air minum harus selalu diganti dengan yang baru. Sisa air minum atau pakan yang belum habis harus dibuang.
  3. Setiap hari, tempat penampungan kotoran burung murai batu harus dibersihkan dan kotorannya dibuang ke tempat khusus.
  4. Setiap satu minggu sekali, paling tidak sangkar dibersihkan secara keseluruhan.
  5. Setelah kotoran dibuang, sangkar bisa dicuci lalu disterilkan dengan disinfektan dan obat antikuman, serta dikeringkan dibawah sinar matahari.
  6. Tempat tenggeran burung murai batu juga harus dibersihkan minimal empat hari sekali.

5. Cara Pemberian Pakan Murai Batu

Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam beternak murai batu. Murai batu membutuhkan nutrisi yang cukup untuk menunjang aktivitas dan produktivitasnya.

Agar nutrisi terpenuhi, murai batu perlu diberikan pakan yang segar dan bervariasi. Pemberian vitamin untuk murai batu juga perlu. Pakan burung murai batu bisa berupa pakan alami, pakan buatan, atau pakan campuran antara pakan buatan dan pakan alami.

Pemberian pakan ekstra juga diperlukan untuk mendongkrak pertumbuhan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh burung murai batu. Biasanya pakan ekstra yang diberikan berupa jangkrik, cacing, ulat hongkong, orong-orong ataupun belalang.

Dalam satu hari rata-rata burung akan membutuhkan air minum sebanyak 4 – 5 kali jumlah pakannya. Air sangat dibutuhkan oleh burung murai batu ini untuk proses metabolisme tubuh, termasuk mengatur suhu tubuh, mempertahankan keseimbangan volume dalam darah, dan melancarkan dalam proses pencernaan.

Selain itu, air minum yang diberikan sebaiknya air yang udah matang supaya lebih steril dan meminimalisir parasit yang bisa mengganggu kesehatan burung murai batu.

Pakan Alami Murai Batu

Murai batu termasuk jenis burung karnivora atau pemakan daging. Di habitat aslinya, pakan burung murai batu adalah jenis-jenis serangga seperti semut rangrang dan ulat.

Kroto Pakan yang Disukai Murai Batu

Meski sedikit mahal di pasaran, koroto tetap menjadi pilihan yang terbaik untuk pakan burung. Disamping gizinya yang sangat tinggi, telur semut rangrang ini memang menjadi makanan favorite bagi penggemar burung berkicau khususnya untuk burung murai batu.

Voer Khusus Burung

Voer khusus burung biasa di pakai sebagai pakan untuk burung kicau. Ada banyak macam jenis dan merek voer burung yang ada di pasaran ini. Penggunaan voer sebagai pakan burung memang jauh lebih praktis dan harganya juga murah.


6. Cara Perkembangbiakan Murai Batu Secara Poligami

Perkembangbiakan murai batu secara berpoligami bertujuan untuk menghemat indukan jantan. Yang lebih hebatnya lagi, dalam satu kandang dapat diisi 1 ekor pejantan dan 7 ekor betina.

Beberapa pertimbangan dalam menerapkan perkembangbiakan secara poligami :

  • Dapat menghemat indukan jantan, khususnya untuk indukan jantan yang benar-benar berkualitas.
  • Dapat meningkatkan kuantitas produksi atau anakan murai batu.
  • Dapat menghemat biaya kandang yang digunakan.
  • Memudahkan perawatan dan pengontrolan.

Persyaratan Sebelum Melakukan Perkembangbiakan Secara Poligami :

Memasukkan calon induk betina kedalam kandang. Betina yang dimasukkan harus berumur kurang lebih 1 tahun atau sudah siap dikawinkan. Kemudian masukan 2 ekor betina dan biarkan selama 2 minggu untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Setelah itu masukan murai batu jantan bersama kandangnya ke dalam kandang betina. Ini bertujuan mencegah penyerangan murai batu jantan terhadap 2 ekor betina tersebut. Jadi harus beradaptasi dulu selama kurang lebih 1 minggu.

Tunggu sampai burung betina birahi. Biasanya burung betina akan bersiul-siul dan mendekati sangkar jantan. Ketika burung jantan dan betina sudah saling berdekatan, maka ini lah saat yang tepat untuk melepas murai batu jantan dari sangkarnya.


7. Cara Merawat Anakkan Murai Batu

Anak burung murai batu yang berusia 7 – 14 hari bisa deberi pakan dengan campuran voer dan krota yang sudah diencerkan. Pemberian pakan bisa dilakukan 1 jam sekali.

Setelah berusia 15 hari, biasanya mereka sudah bisa makan kroto sendiri. Akan tetapi tetap selalu diperhatikan agar anakkan burung murai batu dapat tumbuh sehat.

 


8. Cara Memandikan Murai Batu

Murai batu juga harus sering dimandikan agar kesehatan dan kebugaran tubuh murai batu dapat terjaga. Selain itu, memandikan murai batu juga mempercepat proses pergantian bulu-bulunya dan akan merangsang tumbuhnya bulu-bulu baru.

Beberapa Cara Memandikan Murai Batu :

  1. Memasukan tempat mandi ke dalam sangkarnya atau dengan cara memindahkan burung ke sangkar lain yang berukuran lebih besar dan didalamnya sudah disediakan semacam bak mandi. Ukuran bak mandi yang ideal untuk murai batu adalah panjang 17 cm, lebar 10 cm, dan kedalaman 6 cm.
  2. Menyemprotkan air dengan memakai sprayer yang semprotannya bisa diatur. Cara penyemprotan tidak boleh langsung mengenai tubuh burung karena bisa merusak bulu murai batu. Jadi sebaiknya menyemprotkan air ke atas bagian sangkar, sehingga air sedikit demi sedikit membasahi tubuh murai batu.

Waktu yang paling ideal untuk memandikan burung adalah di pagi hari antara pukul 07.00 – 10.00. Karena pada waktu ini sangat baik untuk kesehatan burung. Burung murai batu juga dapat mengerikan tubuhnya dengan sempurna karena sinar matahari.


9. Cara Menjemur Murai Batu

 

Waktu untuk menjemur murai batu adalah antara pukul 07.00 – 10.00 pagi ketika sinar matahari belum begitu panas dan menyengat. Untuk durasi penjemuran biasanya antara 20 menit – 60 menit.

Namun bisa juga lebih lama daripada itu. Sebenernya tergantung pada kondisi cuaca, kondisi burung, dan tujuan yang ingin dicapai. Penjemuran juga tidak boleh terlalu lama dalam suhu yang terlalu panas.

Karena penjemuran yang terlalu panas dan terlalu lama dapat mengakibatkan burung murai batu mati


10. Perhitungan Modal dan Keuntungan Ternak Murai Batu


 

 

 

 

 

Cara Budidaya Jangkrik untuk Pemula

 

TAHAPAN MEMULAI TERNAK JANGKRIK

1 .Menentukan Tempat / Lokasi

Perlu diketahui, jangkrik menyukai lokasi yang sunyi, tenang dan teduh. Selain itu, jangkrik juga menyukai lokasi yang memiliki sirkulasi yang baik untuk penyesuaian suhu ruangan.Pastikan Anda menghindari lokasi yang ramai dan bising, seperti jalan raya atau dekat pasar. Anda dapat memilih lingkungan yang jauh dari kegiatan manusia. Lingkungan tersebut sangat digemari oleh jangkrik.Ruangan untuk berternak jangkrik tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Tetapi, ruang tempat ternak jangkrik juga harus jauh dari pepohonan agar dapat menyerap panas matahari secara bebas.Saat Anda memilih lokasi untuk ternak jangkrik, pastikan lokasi tersebut jauh dari kandang ayam atau binatang lain yang dapat memangsa jangkrik.

2. Membuat Kandang Jangkrik

Cara ternak jangkrik yang kedua yaitu membuat kandang jangkrik. Untuk membuat kandang jangkrik, buatlah kotak dari papan atau triplek dengan rangka dari kayu reng atau kayu kaso. Anda dapat membuat kotak dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 60 cm dan tinggi 30-40 cm. Gunakan lem pada setiap sambungan dan sudut kotak. Hal ini bertujuan agar jangkrik yang baru menetas tidak keluar lewat celah sambungan karena ukuran jangkrik yang baru menetas masih sangat kecil. Untuk bagian permukaan atas, harus dapat dibuka tutup dengan menggunakan engsel. Sementara pada sisi muka dan belakang, beri lubang ventilasi dengan ukuran 50 x 7 cm. Posisi lubang ini sekitar 10 cm dari atas. Setelah membuat ventilasi, tutup dengan kasa kawat ukuran halus agar jangkrik kecil tidak bisa keluar. Kemudian pada sisi pinggir, beri celah atau cantelan untuk pegangan guna memudahkan menggeser atau mengangkat peti.Setelah itu, beri isolasi plastik pada sekeliling sisi bagian dalam (kira-kira 10 cm dari atas). Hal ini bertujuan agar jangkrik tidak merayap ke atas. Pasang kaki-kaki pada keempat sudut peti (kira-kira tingginya 10 cm). Keempat kaki-kaki tersebut nantinya akan diberi mangkuk yang diirisi air untuk mencegah hama (salah satunya semut) masuk ke dalam kandang. Anda juga dapat membuat kandang jangkrik dengan disusun. Misalnya tiga susun untuk menghemat tempat dan efisiensi budidaya. Selain itu, pastikan Anda meletakkan kandang jangkrik di tempat yang gelap dan jauh dari kebisingan.

3. Tahap Pembibitan Jangkrik

Cara ternak jangkrik yang ketiga yaitu pembibitan jangkrik. Pastikan Anda memilih bibit jangkrik yang sehat, tidak cacat, tidak sakit dan umurnya sekitar 10-20 hari. Perlu diketahui, calon induk jangkrik yang baik yaitu jangkrik yang berasal dari tangkapan bebas alam. Jangkrik tersebut biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Terdapat ciri-ciri indukan jangkrik yang bagus, di antaranya:

1. Memiliki antena atau sungut yang masih panjang, anggota badan yang lengkap, badan berwarna mengkilap, serta bisa melompat jauh dan gesit. 

2. Hindari memilih jangkrik yang apabila dipegang mengeluarkan cairan (baik dari mulut maupun dubur).

3. Pada induk betina, ada ovipositor pada bagian ekornya.

4. Pada induk jantan, mengeluarkan derikan yang keras. Selain itu, permukaan punggung atau sayapnya bergelombang dan kasar.

5. Untuk membedakan jangkrik betina atau jantan, Anda dapat melihat ekornya. Jangkrik betina memiliki 3 helai ekor sedangkan jangkrik jantan hanya memiliki 2 helai ekor.

4. Mengawinkan Jangkrik

Cara ternak jangkrik yang keempat yaitu dengan mengawinkan jangkrik. Sebelum mengawinkan jangkrik, pastikan Anda telah memiliki tempat tersendiri. Tempat mengawinkan jangkrik sebaiknya terpisah dengan tempat untuk pembesaran anakan. Buatlah kondisi kandang yang mirip dengan habitat jangkrik di alam. Anda dapat mengolesi dinding dengan tanah liat atau semen putih serta daun-daun kering. Jangkrik yang akan dikawinkan harus berasal dari spesies yang sama. Jika berbeda spesies, maka perkawinan tidak akan terjadi. Kemudian untuk mengawinkan jangkrik, masukkan indukan betina dan jantan dengan perbandingan 10:2. Pastikan Anda telah menyiapkan bak pasir atau tanah sebagai tempat peneluran. Selama masa perkawinan, jangkrik jantan akan mengeluarkan suara derik terus menerus dan jangkrik betina yang telah dibuahi akan bertelur. Telur tersebut biasanya akan diletakkan dalam pasir atau tanah. Telur jangkrik tersebut akan menetas setelah 7-10 hari, terhitung sejak perkawinan dimulai. Maksimal 5 hari setalah induk betina bertelur, pisahkan telur-telur tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari si induk memakan telurnya sendiri.

5. Tahap Pemeliharaan dan Pembesaran

Pada tahap ini, berikan pakan yang baik untuk jangkrik. Anda dapat memberikan pakan pelet buatan Astrik dan sayur-sayuran seperti wortel, sawi, daun katuk, gambas, daun pepaya dan lainnya. Prose pemberian sayuran pada jangkrik mengikuti ketentuan yaitu pada hari pertama sampai hari ke sepuluh, beri sebanyak dua kali sehari. Hari ke sebelas sampai ke tiga puluh, beri satu kali dalam dua hari. Kemudian jika lebih dari tiga puluh hari, tidak diberi pakan sayur.

 

 

 

Sabtu, 25 Februari 2012

BUDIDAYA SEMANGKA

GBR SEMANGKA

I. PENDAHULUAN
Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon, pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh cuaca /iklim, serta teknis budidaya petani.
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Curah hujan ideal 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Suhu optimal ± 250 C. Semangka cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl.

2.2. Media Tanam
Kondisi tanah cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh berpasir. Keasaman tanah (pH) 6 - 6,7.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyiapan Media Semai
- Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-50 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Diamkan + 1 minggu di tempat teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
- Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian atau 1 ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang (1-3 kg) .Masukkan media semai ke dalam polybag kecil 8x10 cm sampai terisi hingga 90%.

3.1.2. Teknik Perkecambahan Benih
Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian direndam dalam ramuan : 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 sendok POC NASA (direndam 8-12 jam). Benih dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian diperam 1-2 hari. Jika ada yang berkecambah diambil untuk disemaikan dan jika kering tambah air dan dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi.

3.1.3. Semai Benih dan Pemeliharaan Bibit
- Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih terpilih yang calon akarnya sudah sepanjang 2-3 mm, langsung disemai dalam polybag sedalam 1-1,5 cm.
- Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh. Diberi perlindungan plastik transparan, salah satu ujung/pinggirnya terbuka.
- Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, dilakukan rutin setiap 3 - 4 hari sekali. Penyiraman 1-2 kali sehari. Pada umur 12-14 hari bibit siap ditanam.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembukaan Lahan
Pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan. Bersihkan lahan dari sisa-sisa perakaran dan batu.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Lebar bedengan 6-8 m, tinggi bedengan minimum 20 cm.

3.2.3. Pengapuran
Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar
a. Pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam.
b. Pupuk anorganik berupa TSP (200 kg/ha), ZA (140 kg/ha) dan KCl (130 kg/ha).
c. Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secukupnya diatas bedengan dengan dosis + 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika POC NASA digantikan SUPER NASA, dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Lain-lain
Bedengan perlu disiangi, disiram dan diberi plastik mulsa dengan lebar 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuhnya tanaman liar. Di atas mulsa dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm untuk perambatan semangka dan peletakan buah.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pembuatan Lubang Tanaman
Dilakukan Satu minggu sebelum penanaman dengan kedalaman 8-10 cm. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 90-100 cm.

3.3.2. Waktu Penanaman
Penanaman sebaiknya pagi atau sore hari kemudian bibit disiram hingga cukup basah.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sebaiknya dilakukan 3 - 5 hari setelah tanam.

3.4.2. Penyiangan
Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang primer yang cenderung banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah dipotong karena mengganggu pertumbuhan buah.

3.4.3. Perempelan
Dilakukan perempelan tunas-tunas muda yang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang.

3.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan melalui saluran diantara bedengan atau digembor dengan interval 4-6 hari. Volume pengairan tidak boleh berlebihan.

3.4.5. Pemupukan

Waktu

Dosis Pupuk Makro (kg/ ha)

ZA

TSP

KCl

Susulan I (3 hari)

40

-

40

Susulan II Daun 4-6 helai

120

85

80

Susulan III Batang 45–55 cm

170

-

30

Susulan IV Tanaman bunga

130

-

30

Susulan V Buah masih pentil

80

-

30

POC NASA ( per ha )
Mulai umur 1 minggu – 6 atau 7 minggu


POC NASA disemprotkan ke tanaman alternatif 1: 6-7 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 4 tutup botol/ tangki
alternatif 2: 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup botol/ tangki
3.4.6. Waktu Penyemprotan HORMONIK
Semprotkan HORMONIK sejenis ZPT/hormon alami. Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-4 tutup POC NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan pada umur 21 - 70 hari, interval 7 hari sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain
Pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman, bentuk baik dan tidak cacat. Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Semenjak calon buah ± 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidakmerataan terkena sinar matahari.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1 Hama
a. Thrips
Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian: semprotkan Natural BVR atau Pestona.

b. Ulat Perusak Daun
Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, gejala : daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang. Pengendalian: dilakukan penyemprotan Natural Vitura atau Pestona.

c. Tungau
Binatang kecil berwarna merah agak kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan tanaman. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: semprot Natural BVR atau Pestona.

d. Ulat Tanah
Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1) penanaman secara serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian dengan penyemprotan Natural Vitura/Virexi atau Pestona.

e. Lalat Buah
Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat memar. Pengendalian : membersihkan lingkungan, tanah bekas hama dibalikan dengan dibajak/dicangkul, pemasangan perangkap lalat buah dan semprot Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur. Pengendalian: (1) dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami, (2) pemberian Natural GLIO sebelum atau pada saat tanam.

b. Bercak Daun
Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian: seperti pada penyakit layu fusarium.

c. Antraknosa
Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian: seperti pengendalian penyakit layu fusarium.

d. Busuk Semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian: pemberian Natural GLIO sebelum penyemaian di media semai.

e. Busuk Buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak dan aktif setelah buah mulai dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.

f. Karat Daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia. Agar penyemprotan pestisida kimia dapat merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis + 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
3.6.1.Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen).

3.6.2.Cara Panen
Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah sehingga buah dalam kondisi kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta tangkainya.

BUDIDAYA MELON

GBR MELON

PENDAHULUAN
Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor pemeliharaan tidak diperhatikan maka keuntungan akan menurun.
PT. Natural Nusantara berusaha membantu meningkatkan produktivitas melon secara Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian lingkungan ( Aspek K-3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Perlu penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Pada kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu optimal antara 25-300C. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon. Hujan terus menerus akan merugikan tanaman melon. Tumbuh baik pada ketinggian 300-900 m dpl.

2.2. Media Tanam
Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah, pH tanah 5,8-7,2.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Pembuatan Media Semai
Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan + 1 minggu di tempat yang teduh dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).
Campurkan tanah halus (diayak) 2 bagian/2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian/1 ember, TSP (± 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang 1-2 kg . Masukkan media semai ke dalam polybag ukuran 8x10 cm sampai terisi hingga 90%.

3.1.2. Teknik Penyemaian dan pemeliharaan Bibit
Rendam benih dalam 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 tutup POC NASA selama 8-12 jam lalu diperam + 48 jam. Selanjutnya disemai dalam polybag, sedalam 1-1,5 cm. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1. Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak terbit hingga tenggelam. Diberi perlindungan plastik transparan yang salah satu ujungnya terbuka.
Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, pada umur bibit 7-9 hari dengan dosis 1,0-1,5 cc/liter. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati secara rutin setiap pagi.
Bibit melon yang sudah berdaun 4-5 helai atau tanaman melon telah berusia 10-12 hari dapat dipindahtanamkan dengan cara kantong plastik polibag dibuka hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedengan jangan sampai kekurangan air.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Pembukaan Lahan
Sebelum dibajak digenangi air lebih dahulu semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah itu dilakukan pengeringan, baru dihaluskan.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Panjang bedengan maksimum 12-15 m; tinggi bedengan 30-50 cm; lebar bedengan 100-110 cm; dan lebar parit 55-65 cm.

3.2.3. Pengapuran
Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar
Pupuk
Kandang
(ton/ ha)
Dosis Pupuk Makro
( gram/ pohon )
Dosis POC NASA
Urea
SP36
KCl
4-5
12
20
8
30-60 tutup /1000 m2
+ air secukupnya (siramkan)
Hasil akan lebih baik jika pada pemupukan dasar, POC NASA diganti SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara :
Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur terutama penyakit layu, sebaiknya tebarkan Natural GLIO yang sudah disiapkan sebelum persemaian. Dosis 1-2 kemasan per 1000 m2

3.2.6. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)
Pemasangan mulsa sebaiknya saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Biarkan bedengan tertutup mulsa 3-5 hari sebelum dibuat lubang tanam.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pembuatan Lubang Tanam
Diameter lubang + 10 cm, jarak lubang 60-80 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segiempat atau segitiga.

3.3.2. Cara Penanaman
Bibit siap tanam dipindahkan beserta medianya. Usahakan akar tanaman tidak sampai rusak saat menyobek polibag.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 3-5 hari setelah tanam. Setelah selesai penyulaman tanaman baru harus disiram air. Sebaiknya penyulaman dilakukan sore hari
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma/ rumput liar.
3.4.3. Perempelan>
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.
3.4.4. Pemupukan
Waktu
Dosis Pupuk Makro ( gram/ pohon )
Urea
SP-36
KCl

Umur 10 hari
12
12
10

Umur 20 hari
12
12
10

Umur 30 hari
12
8
12

Umur 40 hari
12
8
20
POC NASA :
( per ha )
Mulai umur 1 minggu – 6 atau 7 minggu

POC NASA disemprotkan ke tanaman :
  • Alternatif 1 : 6-7 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 4 tutup botol/ tangki
  • Alternatif 2 : 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup botol/ tangki

3.4.5. Penggunaan Hormonik
Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-5 tutup POC NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan HORMONIK mulai usia 3-11 minggu, interval 7 hari sekali.

3.4.6. Penyiraman
Penyiraman sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai akan dipetik buahnya kecuali hujan. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain
a. Pemasangan Ajir
Ajir dipasang sesudah bibit mengeluarkan sulur-sulurnya. Tinggi ajir + 150 - 200 cm. Ajir terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah + 2-3 kg. Tempat ditancapkannya ajir + 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
b. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover )
Ciri: mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama; (2) semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Ciri: menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan dan dewasa berwarna coklat kehitaman. Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun muda atau tunas baru menjadi keriting, dan bercak kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Gejala ini harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thrips. Pengendalian: menyemprot dengan Pestona atau Natural BVR.

3.5.2. Penyakit
a. Layu Bakteri
Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu, terjadi pengerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang. Pengendalian: penggunaan Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit Busuk Pangkal Batang (gummy stem bligt)
Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal batang seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun yang terserang akan mengering. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun yang terserang dibersihkan. (3) gunakan Natural GLIO sebelum tanam sebagai pencegahan.

Catatan: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.5.3. Gulma
Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
a. Tanda/Ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
2. Jala/Net pada kulit buah sangat nyata/kasar
3. Warna kulit hijau kekuningan.
b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

3.6.2. Cara Panen
a. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
b. Tangkai dipotong berbentuk huruf "T" , maksudnya agar tangkai buah utuh.
c. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen.
d. Buah yang telah dipanen disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga jual.

3.6.3. Penyimpanan
Buah melon tidak boleh ditumpuk, yang belum terangkut disimpan dalam gudang. Buah ditata rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan harus bersih dan kering.